Minggu, 29 Juni 2014

Kreativitas Guru dalam Sastra

Oleh: Helmiyati (Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Batang Anai )

Pengajaran sastra di sekolah sampai kini dirasakan belum sesuai harapan. Kondisi disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama minimnya buku-buku sastra di perpustakaan sekolah dan kurangnya minat siswa membaca.

Walaupun kita tahu pengajaran sastra di sekolah memiliki peluang besar untuk menghasilkan apresiasi agar siswa memahami pentingnya sastra. Kondisi tersebut juga diperburuk kurangnya pengusaan guru dalam pelajaran sastra.

Seperti penguasaan materi yang diajarkan, pendekatan dan strategi yang digunakan, serta wawasan guru dalam mengikuti perkembangan sastra di luar buku teks. Sebab dalam mengajarkan sastra memerlukan berbagai teori, pengetahuan dan keterampilan, serta kemauan dan kreativitas tersendiri.

Seorang guru harus merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan kurikulum dengan kreativitas yang tinggi. Bentuk-bentuk kreativitas yang dapat dilakukan guru di antaranya adalah menulis sinopsis karya sastra.

Guru sastra harus banyak membaca karya sastra. Novel, cerpen dan puisi sehingga bisa menjadi bahan yang sangat berguna untuk menambah wawasan.

Karya sastra yang dibaca guru (seperti novel, cerpen, puisi) yang dianggap sesuai dengan bahan-bahan yang diajarkan kepada siswa sebaiknya ditulis sinopsisnya.

Menerapkan pendekatan dan strategi yang tepat dalam mengajar. Strategi mengajar untuk meningkatkan apresiasi dan menanamkan kecintaan terhadap karya sastra adalah kerja seorang guru, mendekatakan siswa dengan karya sastra.

Teknik atau model yang dipilih guru sangat bergantung kepada keadaan dan lingkungan siswa itu sendiri. Siswa harus membaca karya sastra tersebut secara utuh, berusaha memahami, menghayati, menilai, menganalisis, dan akhirnya memiliki sikap menghargai karya sastra.

Model pembelajaran apresiasi sastra yang dapat dilakukan sangat banyak dan bisa variatif. Misalnya menulis puisi bersama. Rancanglah suasana kelas seperti lingkaran. Guru dan siswa mencari sebuah kata yang bisa dijadikan topik puisi.

Guru mengondisikan siswa kepada suatu pemahaman yang kurang lebih sama terhadap topik tersebut. Masing-masing siswa menyumbangkan satu kata. Guru menulis kan setiap kata yang diucapkan siswa di papan tulis dalam larik dan bait, menyunting puisi yang mereka buat bersama dengan memperhatikan rima, irama, diksi, dan makna.

Guru boleh mempertimbangkan kembali kemungkinan kata-kata lain yang agaknya lebih cocok atau sesuai untuk puisi tersebut. Menulis puisi berdua. Model kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara masing-masing siswa mencari sebuah judul dan menuliskan 5-6 kata untuk larik pertama.

Puisi tersebut dipertukarkan dengan teman sebelahnya dan menyambungnya satu larik lagi. Begitulah seterusnya sampai puisi tersebut selesai. Puisi yang sudah selesai dibacakan ke depan kelas. Kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab. Dalam membaca puisi dapat dilakukan dengan berbagai variasi. Tugas guru yang utama di sini adalah memberikan rangsangan-berpikir. Guru bisa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi puisi seperti menciptakan persoalan-persoalan kehidupan yang dibicarakan oleh penulisnya, tentang bentuk-bentuk puisi, tentang rima dan irama.

Pertanyaan bisa juga bernada menguji siswa tentang pendapat dan tanggapan mereka mengenai puisi tersebut.

Konsep dan tanggapan apapun yang diungkapkan siswa, sebaiknya guru menerima dan menghargainya. Pendapat dan tanggapan seorang siswa dapat dijadikan bahan diskusi yang menarik untuk dibahas. Logis atau tidaknya pendapat yang dikemukakan siswa dapat dirasakannya sendiri setelah ditanggapi oleh temannya. Begitu juga dalam membaca cerpen bersama.

Siswa membaca cerpen dalam kelompok kecil. Jika cerpen yang dibaca sama, maka kegiatan lanjutannya adalah mendiskusikan isi dan struktur cerpen secara klasikal. Tujuan yang diharapkan adalah ungkapan perbedaan tanggapan dan pendapat siswa tentang cerpen tersebut.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar